Senin, 23 April 2012

Undang-Undang Sultan Adam


OENDANG  OENDANG SOELTAN ADAM (1835)
          Pada hoedzrat 1 1251 pada hari kamis jang kalima belas hari boelan Almoeharram djam pokoel sambilan pada koetika itoelah akoe Soeltan Adam memboet oendang oendang pada sakalian ra’jatkoe soepaja djadi sampoerna agama ra’jatkoe dan atikat mereka itoe dan soepaja djadi 2 kamoedahan segala hakim hakim menghoekoemkan mereka itoe dengan sebab oendang oendang-koe ini beberapa perkara.
PERKARA 1.
          Adapoen perkara jang pertama akoe soeroehkan sekalian ra’jatkoe laki laki dan bini bini beratikat dengan atikat dalal 3 alsoenat waldjoemaah dan djangan ada seorang beratikat dengan atikat ahal albideuh maka siapa siapa jang tadengar orang jang beratikat ahal soenat waldjeomaah keosoe-roeh bapadah kapada hakimnja 4 lamoen benar salah
——————
1 Bij Joekes volt : sanat
2 Niet bij Joekes.
3 Bij Joekes: ahl.
4 Bij Joekes Volgt dan: dan hakim itoe memeriksanja.
atikatnja mereka itoe koesoeroehkan hakim itoe manoebatkan dan mengadjari atikat jang betoel lamoen anggan inja dari pada toebat bapadah hakim itoe kajah diakoe.

PERKARA 2.
          Tiap tiap tatoea kampoeng koesoe-roehkan berolah langgar soepaja didirikan meraka itoe sembahjang berdjoe-maah pada tiap tiap waktoe dengAN sekalin anak boeahnya dan koesoeroehkan mareka itoe membawai anak boeahnja sembahjang berdjoemaah dan sembahjang djoemaat pada tiap tiap djoemaat lamoen ada ajang anggan padahkan kajah diakoe.
          Dengan diundang-undangkannya perkara ini, maka tiap tetuha kampung diwajibkan untuk membuat sebuah langgar atau surau tempat didirikannya shalat berjamaah dan wajib bagi setiap warga kampung untuk mengikutinya termasuk shalat Jumat. Bagi mereka yang ingkar akan dilaporkan kepada sultan.
          Perkara ini dapat menunjukkan bahwa saat itu syariat Islam sudah dijalankan dalam pemerintahan Sultan Adam. Campur tangan sultan dalam kewajiban shalat ini memang telah ada sejak zaman pemerintahan Sultan Tahmidillah bin Sultan Tamjidillah. Sanksi bagi mereka yang ingkar sangat berat, sampai pernah dipermasalahkan oleh Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
PERKARA 3
          Tiap tiap tatoeha kampoeng koesoe-roehkan memadahi anak boeahnja dengan bermoefakat astamiwah lagi antara ber-karabat soepaja djangan djadi banjak bitjara dan perbantahan.
          Satu lagi perkara yang memberikan tuntunan kepada tetuha kampung agar lebih mengedapankan cara-cara bermusyawarah dan bermufakat dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ada di kampungnya. Sultan Adam ingin membawa kedamaian sampai ke lapisan masyarakat terbawah melalui perkara bermusyawarah ini. Selain itu untuk menegakkan prinsip keadilan dalam kehidupan bernegara.
PERKARA 4.
          Siapa siapa jang hendak nikah kapada hakim koesoeroehkan orang jang terlebih adil didalam kampoeng itoe membawanja kapada hakim sekoerangnja doea orang lamoen kahada seperti itoe djangan dinikahkan.

          Perkara ini mengatur perkawinan menurut hukum Islam. Barangsiapa yang ingin menikah harus datang melapor kepada hakim dengan membawa dua orang saksi dari kampungnya yang dianggap adil. Kalau tidak dipenuhi persyaratan itu maka tidak boleh dinikahkan. Sesuai hukum Islam, Sultan Adam menganggap pernikahan sebagai sebuah lembaga yang suci dan tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
PERKARA 5.
          Tiada koebarikan saklin orang manikah-kan perampoean dengan taklid kapada madjahab jang 1 lain dari pada jang madjahab Safi’i maka siapa siapa jang sangat bahadjatakan 2 bataklid pada
——————
1. Ontbreekt bij Joekes..
2. Joekes: kapala.

manikahkan perampoean itoe bapadah kjh diakoe 1
          Perkara ini juga mengatur masalah perkawinan yang terjadi di wilayah kerajaan. Maksud dari perkara ini adalah bagi yang ingin menikah tidak boleh berlainan mazhab selain mazhab Syafei. Apabila terjadi juga maka harus dilaporkan terlebih dahulu kepada Sultan. Dari perkara ini bisa dilihat bahwa pada masa itu mazhab Syafei menjadi mazhab resmi kerajaan sehingga ketentuan yang diambil selain dari mazhab Syafei menyebabkan tidak sahnya perbuatan hukum yang bersangkutan.
PERKARA 6.
          Mana mana perempoean jang hendak minta pasahkan nikahna lawan lakinja maka hakim hakim koesoeroeh mamariksa apa apa ekral 2 bini bini itoe padahkan kajah diakoe.
          Dikeluarkannya undang-undang perkara 6 ini masih mengatur tentang perkawinan rakyat kerajaan Banjar. Pasal ini mempunyai maksud apabila ada seorang perempuan yang sudah menikah dan suaminya masih hidup akan tetapi ingin membatalkan pernikahannya itu, maka sultan memerintahkan agar hakim menyelidiki terlebih dahulu masalah yang melatarbelakangi perbuatan perempuan tersebut.
          Pasal ini mengandung keadilan bagi semua pihak, laki-laki maupun perempuan serta sikap sultan yang tidak ingin memudahkan masalah perceraian karena dalam Islam sangat dianjurkan untuk melakukan rujuk terlebih dahulu. Setelah masalah yang melatarbelakanginya jelas diselidiki oleh hakim maka akan dilaporkan kepada sultan.
PERKARA 7.
          Tiada koebarikan moefti memberi pitoea 3 hendak berhoekoem atau orang jang didalam tangah berhoekoem dan tiada koebarikan orang itoe maminta pitoea hanja hkim djoea mamintakan pitoeanja.
          Undang-undang Sultan Adam perkara 7 mengatur kewenangan Mufti sebagai hakim tertinggi selaku pengawas peradilan umum. Meskipun Mufti sebagai hakim agung, dilarang untuk memberikan fatwa perkara atau orang yang sedang berperkara begitu pula orang yang sedang berperkara dilarang meminta fatwa Mufti dan hanya hakim biasa yang boleh meminta kepada Mufti. Jadi Mufti hanya bisa memberikan fatwa kalau diminta oleh hakim yang sedang memeriksa kasus bersangkutan. Sederhananya, apabila ada satu kasus yang sedang ditangani hakim, Mufti sebagai pengawas kehakiman tidak boleh memberikan fatwa langsung tentang perkara itu kepada orang yang sedang berperkara, Mufti hanya diperbolehkan memberikan fatwa kepada hakim yang memintanya, sesuai fungsinya sebagai pengawas kehakiman.
Dalam Kerajaan Banjar terdapat jabatan dalam pengadilan, yaitu
1.    Mufti : hakim tertinggi, pengawas pengadilan umum
2.    Qadhi : pelaksana hukuman dan pengatur jalannya pengadilan agar hukum berjalan dengan wajar
3.    Penghulu : Hakim umum, mendapat cap atau piagam dari Sultan. Penghulu merupakan hakim pada tingkat masyarakat awam/hakim pengadilan rendah dan petugas yang menjalankan pelaksanaan perkawinan.
PERKARA 8.
          Siapa siapa jang ada datang kapada moefti mamadahkan soeroehankoe maminta pitoea, tiada koebarikan moefti memberi pitoea lamoeu tiada lawan tjapkoe.
          Perkara ini sebagai kelanjutan dari pasal sebelumnya mengenai aturan dalam peradilan kerajaan. Perkara ini memberi peringatan kepada mufti kerajaan agar tidak memberikan fatwa apabila tidak ada cap/stempel dari sultan.
PERKARA 9.
          Siapa siapa jang berhoekoem tiada koebarikan masoek pada radja atau mantri mantri atu pembakal atau panakawan.

PERKARA 10.
          Sekalian hakim hakim lamoen soedah habis periksaanja kadoea pihak perkara da’wa dan dawab dan saksi saksi djerah 3 koesoeroehkan moefakat moefakat memoetoeskan itoe lawan kalipahnja dan toean loerahnja.
——————
1. Bij Koekes volgt: dhoeloe.
2. Koekes: inkar
3. Bij Koekes volgt: kapada orang jang.

PERKARA 11.
          Lamoen soedah djadi papoetoesan itoe bawa kajah ading ading dahoeloe mantjajak tjap didalam papoetoesan itoe.
PERKARA 12.
          Siapa siapa jang kalah bahoekoem maka anggan ia dari pada kalahnja itoe sarahkan kajah adding papoetoesannya itoe adding jang mangaraskannja.
PERKARA 13.
          Sakalian bilal bilal dan kaoem kaoem lamoen ada hakim mangoroes bitjara pahoekoeman djangan ada 1 jang anggan karana itoe perintah 2 djoea.
PERKARA 14.
          Kalau ada orang naik bahoekoem kajah hakim 3 kalau tiada soerat da’wa lawan 4 djawab tiada koebarikan hakim membitjarakan.
PERKARA 15.
          Lamoen ada manda’wi mendjoeloeng soerat da’wi kajah hakim koesoeroeh djoeloeng hajak manda’wi ‘alihi 5 maka lamoen anggan manda’wi ‘alaihi dari pada mendjawab da’wi manda’wi itoe pada hal sampai lima belas hari anggannja itoe koesoeroehkan hakim memoetoeskan hoekoemannja dengan woekoelnja.

——————
1. Joekes: ading
2. Joeker: perintahkoe
3. Jockes: hakim hakim
4. Deze vier woorden luiden bij Jockes: endada lawan soerat dahawa dan.
5. Handschrift: oleh.

PERKARA 16.
          Mana mana segala perkara jang doeloe dari pada zamankoe tiada koebarikan dibabak lagi dan mana manasegala perkara zamankoe lamoen jata salahnya boleh adja dibabak diboedjoerkan oleh hakim.

PERKARA 17.
          Siapa siapa jang ada berisi tanah perhoemaan atau doekoe atau djenis milik lain dari pada itoe jang bersanda pada waktoe ini atau hendak manjandakan jang terdjoeal atau hendak mendjoeal atau tersewakan atau hendak manjewakan atau jang terkadoekan atau hendak mengadeokan atau jang terindjamkan atau hendak maindjamkan semoea perkara 2 ini koesoeroeh datang kapada hakim bersaksi dan hakim otie koesoeroeh maoelahkn tarichnja doea nazaah satoe nazaah di dalam tangan hakim dan satoe nazaah didalam tangan 1 ampoenja milik dn hkim koesoeroeh berolah soerat besar tempat segala tarich itoe soepaja digadoeh oleh hakim hakim ganti berganti dan apabila2 teboes meneboes datang djoea kepada hakim boleh memboeang kadoeanja3 tarich itoe maka jang ampoenja milik dan jang4 saorang orangnja memberi kapada hakim lima doeit.

PERKARA 18.
          Mana mana orang jang barambangan laki bini sebab perbantahan atau lainnja tiada koebarikan itoe lakinya mamegang bininja hanja koesoeroeh segala5 ber-baikan maka hakim hakim serta karabat kadoea pihk keosoeroeh mamadahi an membaikkan dan 6 apa apa kasalahan ka-doea pihak dan apabila anggan menoeroet hoekoem7 dan ‘adat serta sangat hadjat mint baikkan pada hal perampoean itoe keras8 tiada maoe berkabikan lagi maka padahkan kajah diakoe.

PERKARA 19.
          Tiada koebarikan orang manjarahkan bertatagihan kapada radja radja atau mantri mantri atawa panakawan lamoen tiada soerat hakim.
PERKARA 20.
          Sakalian banoea tiap tiap tatoeha kam-poeng koesoeroehkan mendjaga malihat 1 boelan pada tiap tiap awal boelan Ramadan anachirnja dan tiap tiap awal boelan Hadji an awal boelan Moeloed maka siapa siapa jang malihat boelan lekas lekas bapadah kapada hakimnja soepaja hakimnja lekas lekas 2 bapadah kajah I akoe maka mana mana banoea jang dilaloeinja ilir itoe ikam kabari semoeanja.

PERKARA 21.
          Tiap tiap kampoeng kalau ada perbantahan isi kampoengnja 3 koesoe-roehkan mambitjarakan dan mamatoetkan moefakat 4 lawan jang toeha toeha kam-poengnja itoe lamoen tiada djoea dapat membitjarakan ikam bawa kapada hakim
PERKARA 22.
          Sekalian orang jang berhoekoem jang talah dihoekoemkan oleh hakim hakim tiada koebarikan lari kapada siapa siapa 5 mengajai orang yang dihoekoemkan hakim itoe mana mana orang jang anggan dari pada perintahkoe ini 6 lari djoea ia kapada siapaakoe koehoemkan.
PERKARA 23.
          Sekalin orang jang telah berdjoeal tanah perhoemaan atau doekoeh atau lain 2 lainnja pada zaman dahoeloe 1 sama ada soedah terdjoealnya kalain lain banda itoe atau tetap adja didalam tanggannya maka menoentoet kerabatnya jang mandjoeal itoe manda’wi bersarikat lawan dinja labi beloem dibahagi banda itoe dan djikalau moefakat jang manda’wi bersarikat dengan jang menjoeal itoe sekalipoen pada hal lawanja banda jang didalam tangan jang manoekaritoe doea poeloeh tahoen atau lebih kama anjar menda’wa bersarikat pada hal hidoep kadoeanja lagi hadlir kadoeanja didalam masanja yang manekar maka tiada koebarikan jang menjoeal itoe atau jang menda’wa bersarikat itoe menoentut kepada hakim tiada djoea akoe barikan membitjara-kan djoea 2 sebab karana lawas 3
PERKARA 24.
                    Ikam sekalian hakim hakim kalau ada orang jang mendjoeloeng da’wa dan djawabnja ikam oelahkan tariehnja tatkala ia mandjoeloeng da’wa da 2 djawabnja itoe maka mana mana jang berkahandak kapada saksi ikam pinta saksinja itoe habis habis sekali adja inja jang boleh madakan saksi itoe didalam masa saboelan adja temponja inja maingat ingatkan saksinja maka kalau soedah habis segala bitjaranja jang masoek 1 kapada 2 hakim ikam poetoeskan adja dan djikalau maadakan poelang saksi jang lain dari pada jang diseboetnja doeloe djangan ikam terima lagi.

PERKARA 25.
                    Mana mana laki 3 jang berbini boedjang kemoedian maka manda’wa lakinja itoe akan bininja tiada berdaraserta diwantar wantar-kannja kapada setengah manoesia jang djari ‘aib perampoean itoe jitoe bapadah kajah diakoe karana inja manda’wa dengan tiada saksi 4.
PERKARA 26.
          Mana mana perhoemaan 5 dan doekoeh jang soedah didjoeal atau soedah dibagi oleh orang toeanja atau oleh hakim pada hal masjhoer wantar djoeal toekarnja atau baha-ginja itoe apalagi djika ada serta saksi karabat atau pasah sekalipoen maka soedah sapoeloh tahoen atawa lbih maka tiada boleh anak tjoetjoenja dan karabatnja membabak menoentoet kapada hakim kamoedian dari pada soedah mati jang mendjoeal atau jang menarima bahagi.

PERKARA 27.
          Siapa siapa jang manang bahoekoem tiada boleh orang jang mana itoe menoentuet sewa tanahnja itoe pada jang kalah ber-hoekoem salama perhoemaan didalam tangannja itoe adanja.

PERKARA 28.
          Siapa siapa jang hendak berkoem didalam watas Halabioe atau Nagara atau benoea lainlainnja 1 maka jaitoe tiada boleh orang Halabioe atau Negara atau lainnja manangat dan tiada boleh orang mengakoei watas jang tiada dioesahanja dan perhoema-annja dan tiada boleh orang maharoe biroe.
PERKARA 29.
          Jaitoe manamana pada jang ditinggalkan orang kira kira doea moesim atau lebih maka kembali djadi pada poelang dan tiada tanda milik 2 djadi 3 tatanamannja atawa galangan 4 atau soengai 5 jang mahidoepi tanahnja itoe maka diganai poela oleh 6 jang lainnja itoe serta ditetapija maka tiada koebarikan orang jang dahoeloe itoe mengahendaki lagi atau menoentoet kepada hakim hakim.
PERKARA 30.
          Mana mana orang 7 kababaran jang tiada mengakoe berdjinah jaitoe padahkan kajah diakoe.
PERKARA 31.
          Mana mana loerah 8 dan mantri mantri Oeloe Soengai dan lainnja tiada koebarikan loempat masoek bitjara dan mangganggoei kapada segala perintah jang koetamtoekan kapada sekalian hakim hakim dan kalipahnja dan toean loerahnja 1 demikian lagi hakim hakim 2 dan kalipahnja dan toean loerahnja tiada koebarikan loempat loempat dan ganggoe kapada sekalian perintah jang koetamtoekan kapada lalawangan dan loerah loerah dan mantrinja maka adalah perintah jang koetamtoekan kapda sekalian hakim itoe mana mana sekalian bitjara hakim meng-hoekoemkan perbantahannja 3 sekalian ra’iatkoe dan perintah jang koetemtoekan kapada sekalian lalawangan dan loerah loerah dan mantri mantrinja 4 itoe mana mana perintah keradjaankoe kapda sekalian ra’iatkoe bitjara negeri atau lainnja an jang koesoeroehkan moefakat dan misiwarat hakim hakim dan 5 lalawangan dan loerah mantrinja kalau ada jang anggan dan tiada maasi hoekoem Allah Taala jang dihoe-koemkan oleh hakim jaitoe sekalian lalawangan da loerahnja an mantrinja koesoeroeh mangaraskan hoekoem itoe 6 djikalau berkata sasaorang kapada saoempama lalawangan oeloen redha ber- nadjar adja doea rial setali tiba tiba 7 waktoe sampai orang batagih nadzar dan baktin maka taloempat orang itoe ditagih maka wang panahoenja itoe tiada halal karana nadzar itoe pasid tiada sah karana katiadaan aldzam ang mengawadjibkan membajar dia dan jika diperoleh saratnja sekalipoen jaitoe tiada dikanai segala gawi dan poepoe pinta dan tiada dihaoer biroe segala miliknja adapoen nadzar jang sah jang djadi halal pembajarannja itoe bahwa berkata kata ia tiap tiap aorang lamoen oeloen tiada dikanai 1 gawi dan poepoe pinta dan tiada dihaoer biroe milik oeloen wajib atas oeloen bernazar maatoeri pada tiap tiap moesim doea rial setali maka apabila diperoleh 1 saratnja itoe wadjiblah atasnja membajar doea rial setali itoe dan apabila tiada diperoleh kata 2 saratnja dari pada segala sarat jang tiada 3 itoe maka tiada wajib atasnja membajar dia dan tiada halal pembajarannja. Sekalian 4 kapala kapala 5 djangan ada jang manjalahi ptoea hadji Djamaloedin ini lamoen ada 6 djoea 6 jang menjalahi koehoekoemkan lamoen orang 7 lain jang manjalahi apabila ikam tiada 8 kawa manangat lekas lekas bapadahkajah diakoe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar